Kewirausahaan (Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi,
mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif,
peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir
dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi
risiko atau ketidakpastian.
Beberapa definisi kewirausahaan menurut para ahli:
1. Arif F.
Hadipranata, wirausaha adalah sosok pengambil risiko yang diperlukan untuk
mengatur dan mengelola bisnis serta menerima keuntungan financial ataupun non
uang.
2. Thomas W
Zimmerer Kewirausahaan adalah penerapan kreativitas dan keinovasian untuk
memecahkan permasalahan dan upaya memanfaatkan peluang-peluang yang dihadapi
orang setiap hari.
3. Kathleen
mengemukakan bahwa wirausaha adalah orang yang mengatur, menjalankan, dan
menanggung risiko bagi pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya dalam dunia
usaha.
4. Andrew J
Dubrin, wirausaha adalah seseorang yang mendirikan dan menjalankan sebuah usaha
yang inovatif (Entrepreneurship is a person who founds and operates an
innovative business).
5. Soeharto
prawiro (1997), kewirausahaan adalah suatu nilai yang diperlukan untuk memulai
suatu usaha (start-up phase) dan perkembangan usaha (venture growth).
Ruang Lingkup dan Proses Terbentuknya Kewirausahaan
§
Disiplin Ilmu Kewirausahaan dan
Perkembangannya
Dalam teori ekonomi, studi
mengenai kewirausahaan ditekankan pada identifikasi peluang yang terdapat pada
peranserta membahas fungsi inovasi dari wirausaha dalam menciptakan kombinasi
sumber daya ekonomis sehingga memengaruhi ekonomi agregat.
Studi kewirausahaan kemudian
berkembang dalam disiplin ilmu lain yang penekanannya pada sang wirausaha sendiri.
Dalam bidang ilmu psikologi, misalnya studi kewirausahaan meneliti
karakteristik kepribadian wirausaha, sedangkan pada ilmu sosiologi penelitian
ditekankan pada pengaruh dari lingkungan sosial dan kebudayaan dalam
pembentukan masyarakat wirausaha. Ray dan Ranachandran (1996) menandaskan,
walau terdapat perbedaan sudut pandang, penelitian yang dilakukan baik oleh
ahli ekonomi, psikologi, dan sosiologi harus tetap bepijak pada kegiatan
kewirausahaan serta sebab akibatnya pada tingkat mikro dan makro. Dengan
demikian adalah wajar jika studi kewirausahaan dengan penekanan keilmuan yang
berbeda itu pada akhirnya akan saling berhubungan dan memengaruhi.
Sementara itu fenomena
kewirausahaan ini masih terus diteliti dan belum terdapat satu pengertian baku
yang dianut oleh semua ahli (Shapero, 1982). Ini menunjukkan perkembangan teori
ini masih dalam perjalanan panjang serta dari adanya perubahan-perubahan
ekonomi dunia diharapkan memberi banyak masukan bagi peneliti.
Muculnya banyak wirausaha atau
pebisnis, telah menarik perhatian para pakar untuk meneliti bagaimana mereka
terbantuk. Bagian ini menjelaskan teori-teori mengenai proses pembentukan
wirausaha. Teori tersebut antara lain: life
path change, goal directed behavior,
teori outcome expectancy. Terakhir,
terdapat acuan komprehensif mengenai teori pembetukan wirausaha yang dipadukan
oleh teori-teori sebelumnya. Begitu banyak teori yang telah mengupas persoalan
ini, intinya bahwa menjadi wirausaha adalah sebuah proses.
§
Kewirausahaan dilihat dari berbagai sudut
pandang
Terlepas dari berbagai
definisi kewirausahaan yang dikemukakan oleh para ahli, wirausaha dapat
dipandang dari berbagai sudut dan konteks, yaitu ahli ekonomi, manajemen,
pelaku bisnis, psikolog dan pemodal.
Ø
Pandangan
Ahli Ekonomi
Menurut ahli ekonomi,
wirausaha adalah orang yang mengkombinasikan factor-faktor produksi seperti
sumber daya alam, tenaga kerja, material, dan peralatan lainnya untuk
meningkatkan nilai yang lebih tinggi dari sebelumnya. Wirausaha juga
merupakan orang yang memperkenalkan perubahan-perubahan, inovasi dan perbaikan
produksi lainnya. Dengan kata lain, wirausaha adalah seseorang atau sekelompok
orang yang mengorganisasikan factor-faktor produksi, sumber daya alam, tenaga,
modal dan keahlian untuk tujuan memproduksi barang dan jasa.
Ø
Pandangan
Ahli Manajemen
Wirausaha adalah seseorang
yang memiliki kemampuan dalam menggunakan dan mengkombinasikan sumber daya
seperti keuangan, material, tenaga kerja, keterampilan untuk menghasilkan
produk, proses produksi, bisnis dan orgasisasi usaha baru (Marzuki Usman, 1997:3). Wirausaha adalah seseorang yang memiliki
kombinasi unsur-unsur internal yang meliputi motivasi, visi, komunikasi,
optimism, dorongan, semangat dan kemampuan memanfaatkan peluang usaha.
Ø
Pandangan
Pelaku Bisnis
Menurut Scarborough dan
Zimmerer (1993 : 35), wirausaha adalah orang yang menciptakan suatu bisnis baru
dalam menghadapi resiko dan ketidakpastian dengan maksud untuk memperoleh
keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengenali peluang dan mengkombinasikan
sumber-sumber daya yang diperlukan untuk memanfaatkan peluang tersebut.
Menurut Dun Steinhoff dan
John F. Burgess (1993 : 35), pengusaha adalah orang yang mengorganisasikan,
mengelola dan berani menanggung resiko sebuah usaha atau perusahaan. Sedang
wirausaha adalah orang yang menanggung resiko keuangan, material, dan sumber
daya manusia, cara menciptakan konsep usaha yang baru atau peluang dalam
perusahaan yang sudah ada.
Dalam konteks bisnis menurut
Sri Edi Swasono (1978 : 38), wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua
pengusaha adalah wirausaha. Wirausaha adalah pelopor dalam bisnis, innovator,
penanggung resiko yang mempunyai visi ke depan dan memiliki keunggulan dalam
prestasi di bidang usaha.
Ø
Pandangan
Psikolog
Wirausaha adalah orang memiliki
dorongan kekuatan dari dalam dirinya untuk memperoleh suatu tujuan serta suka
bereksperimen untuk menampilkan kebebasan dirinya di luar kekuasaan orang lain.
Ø
Pandangan
Pemodal
Wirausaha adalah orang yang
menciptakan kesejahteraan untuk orang lain, menemukan cara-cara baru untuk
menggunakan sumber daya, mengurangi pemborosan dan membuka lapangan kerja yang
disenangi masyarakat.
§ Teori Life Path Change
Menurut Shapero dan Sokol (1982)
dalam Sundjaja (1990), tidak semua wirausaha lahir dan berkembang mengikuti
jalur yang sistematis dan terencana. Banyak orang yang menjadi wirausaha justru
tidak memaluli proses yang direncanakan. Antara lain disebabkan oleh:
a.
Negative
displacement
Seseorang bisa saja menjadi
wirausaha gara-gara dipecat dari tempatnya bekerja, tertekan, terhina atau
mengalami kebosanan selam bekerja, dipaksa/terpaksa pindah dari daerah asal. Atau bisa juga
karena sudah memasuki usia pensiun atau cerai perkawinan dan sejenisnya.
Banyaknya hambatan yang dialami keturunan Cina untuk memasuki bidang
pekerjaan tertentu (misalnya menjadi pegawai negeri) menyisakan pilihan
terbatas bagi mereka. Di sisi lain, menjaga kelangsungan hidup diri dan keluarganya,
menjadi wirausaha pada kondisi seperti ini adalah pilihan terbaik karena
sifatnya yang bebas dan tidak bergantung pada birokrasi yang diskriminatif.
b.
Being between
things
Orang-orang yang baru keluar
dari ketentaan, sekolah, atau penjara, kadangkala merasa seperti memasuki dunia
baru yang belum mereka mengerti dan kuasai. Keadaan ini membuat mereka seakan
berada di tengah-tengah dari dua dunia yang berbeda, namun mereka tetap harus
berjuanfa menjaga kealngsungan hidupnya. Di sinilah biasanya pilihan menjadi
wirausahaa muncul karena dengan menjadi wirausahan mereka bekerja dengan
mengandalkan diri sendiri.
c.
Having
positive pull
Terdapat juga
orang-orang yang mendapat dukungan membuka usaha dari mitra kerja, investor,
pelanggan, atau mentor. Dukungan memudahkan mereka dalam mengantisipasi peluang
usaha, selain itu juga menciptakan rasa aman dari risiko usaha. Seorang mantan
manajer di sebuah perusahan otomotif, misalnya, yang memutuskan untuk masuk ke
bisnis suku cadang otomotif, misalnya dengan bahan baku ban bekas, seperti stopper back door, engine mounting, atau mufler
mounting. Perusahaan otomotif tersebut memberi dukungan dengan menampung
produk mantan manajernya tersebut.
§ Teori Goal Directed Behavior
Menurut Wolman (1973), seseorang
dapat saja menjadi wirausaha karena termotivasi untuk mencapai tujuan tertentu.
Teori ini disebut dengan Goal Directed
Behavior.
Teori ini hendak menggambarkan
bagaimana seseorang tergerak menjadi wirausaha, motivasinya dapat terlihat
langkah-langkahnya dalam emncapai tujuan (goal
directed behavior). Diawali dari adanya dorongan need, kemudian goal directed
behavior, hingga tercapainya tujuan. Sedangkan need itu sendiri dari skema
muncul karena adanya deficit dan ketidakseimbangan tertentu pada diri individu
yang bersangkutan (wirausaha).
Seseorang terjun dalam dunia
wirausaha diawali dengan adanya kebutuhan-kebutuhan, ini mendorong
kegiatan-kegiatan tertentu, yang ditujukan pada pencapaian tujuan. Dari kacaata
teori need dan motivasi tingkah laku,
seperti menemukan kesempatan berusaha, sampai mendirikan dan melembagakan
usahanya merupakan goal directed behavior. Sedangkan goal tujuannya adalah mempertahankan dan memperbaiki kelangsungan
hidu wirausaha.
§ Teori Outcome Expectancy
Bandura (1986) menyatakan bahwa outcome expectancy bukan suatu perilaku
tetapi keyakinan tentang konskuensi yang diterima setelah seseorang melakukan
suatu tindakan tertentu.
...judgement about likely
consequences of specific behaviors in particular situations.
(Bandura, 1986:82)
Dari definisi di atas, outcome expectancy dapat diartikan sebagai keyakinan seseorang
mengenai hasil yan akan diperolehnya jika ia melaksanakan suatu perilaku
tertentu, yaitu perilaku yang menunjukkan keberhasilan. Seseorang
memperkirakan bahwa keberhasilannya dalam melakukan tugas tertentu akan mendatangkan
imbalan dengan nilai tertentu juga. Imbalan ini berupa juga insentif kerja yang
dapat diperoleh dnegan segera atau dalam jangka panjang. Karenanya jika
seseorang menganggap profesi wirausaha akan memberikan insentif yang sesuai
dengan keinginannya maka dia akan berusaha untuk memenuhi keinginannya dengan
menjadi wirausaha. Michael Dell, seorang mahasiswa teknik komputer di AS,
mempunyai keyakinan yang kuat bahwa bila dia geluti serius hobi modifikasi
komputer yang diminati teman-temannya ia akan dapat mengalahkan IBM kelak.
Terdorong oleh hal itu Dell terus mengembangkan usaha dengan mendirikan Dell
Corporation. Hingga kini Del dan IBM terus bersaing di industri komputer.
Jenis Outcome
Expectancy
Menurut bandura (1986) ada berbagai
jenis insentif sebagai imbalan kerja yang diharapkan individu dan setiap jenis
memiliki kekhasan sendiri. Jenis insentif tersebut adalah:
a.
Insentif
primer
Merupakan imbalan
yang berhubungan dengan kebutuhan dengan kebutuhan fisiologis kita seperti
makan, minum, kontak fisik, dan sebagainya. Insentif diperkuat nilainya jika
seseorang dalam keadaan sangat kekurangan, seperti kurang makan/minum.
b.
Insentif
sensoris
Beberapa kegiatan manusia
ditujukan untk memperoleh umpan balik sensoris yang terdapat di lingkungannya.
Misalnya anak kecil melakukan berbagai kegiatan untuk mendapatkan insemtif
sensoris berupa bunyi-bunyi baru atau berupa stimulus baru untuk dilihat atau
orang dewasa yang bermain musik untuk memperoleh umpan balik sensoris berupa
bunyi musik yang dimainkan.
c.
Insentif
sosial
Manusia akan melakukan sesuatu
untuk mendapatkan penghargaan dan penerimaan dari lingkungan sosialnya.
Penerimaan atau penolakan dari sebuah lingkungan sosial akan lebih berfungsi
secara efektif sebagai imbalan atau hukuman daripada reaksi yang berasal dari
satu individu.
d.
Insentif yang
berupa token ekonomi
Token ekonomi adalah imbalan
yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan ekonomi seperti upah, kenaikan
pangkat, penambahan tunjungan, dan lain-lain. Hampir seluruh masyarakat
menggunakan uang sebagai insentif. Hal ini disebabkan dengan uang, individu
dapat memperoleh hampir semua hal yang diinginkannya, mulai dari pelayanan jasa
hingga pemenuhan kebutuhan fisik, kesehatan, dan lain-lain.
e.
Insentif yang
berupa aktivitas
Teori-teori mengenai
reinforcement yang sangat terikat pada dorongan biologis, mengasumsikan bahwa
imbalan akan memengaruhi perilaku dengan cara memuaskan atau mengurangi
dorongan fisiologis. Ternyata dari penelitian terbaru diketahui bahwa beberapa
aktivitas atau kegiatan fisik justru memberikan nilai insentif yang tersendiri
pada individu.
f.
Insentif
status dan pengaruh
Pada sebagian besar masyarakat,
kedudukan individu seringkali dikaitkan dengan status kekuasaan. Kekuasaan yang
dimiliki individu dalam lingkungan sosial memberikan kesempatan kepadnya untuk
mengontrol perilaku orang lain, baik melalui simbol atau secara nyata. Dengan
kedudukannya yang tinggi dalam masyarakat, mereka dapat menikmati imbalan
materi, penghargaan sosial, kepatuhan, dan lain-lain. Keuntungan yang khas ini
membawa individu berusaha keras untuk mencapai posisi yang memberikan
kekuasaan.
g.
Insentif
berupa terpenuhinya standar internal
Insentif ini berasal dari
tingkat kepuasan diri yang diperoleh individu dari pekerjaanya. Insentif bukan
berasal dari hal di luar diri, tetapi berasal dari dalam diri seseorang.
Reaksidiri yang berupa rasa puas dan senang merupakan salah satu bentuk imbalan
internal yang ingin diperoleh seseorang dari pekerjaannya. Seorang yang
merasakan bahwa kemampuannya tidak akan dapat optimal bila hanya bekerja
sebagai karyawan, akan lebih puas bila ia merasa bahwa dengan berwirausaha
segenap potensinya dapat tersalurkan.
Jadi ada insentif-insentif tertentu
yang umumnya diharapkan seseorang dengan menjadi wirausaha. Antara lain insentif
primer, insentif sosial, insentif status dan pengaruh, dan insentif
terpenuhinya standar iinternal.
§ Tujuan
Pembentukan Wirausaha
Teori-teori diatas sudah menjelaskan
mengenai bagaimana proses seseorang dapat menjadi wirausaha. Walau teori
tersebut masing-masing berdiri sendiri, sebenarnya ke empat teori tersebut
saling mengisi. Dengan memadukan ke empat teori tersebut dapat menjadi model
tahapan pembentukan yang sifatnya lebih komprehensif. Tahapan tersebut adalah:
a.
Deficit
equilibrium
Seseorang merasa adanya
kekurangan dalam dirinya dan berusaha untk mengatasinya. Kekurangan tersebut
tidak harus berupa materi saja, namun dapat juga berupa ketidakpuasan terhadap
dirinya sendiri (motivasi, standar internal, dan lain-lain). Deficit equilibrium dapat pula terjadi
karena berubahnya jalur hidup, seperti jika seseorang mendapat tekanan atau
hinaan, misalnya baru keluar dari penjara, serta mendapat dukungan dari orang
lain (Shapero & Sokol, 1982).
b.
Pengambilan
keputusan menjadi wirausaha
Perasaan kekurangan mendorong
dia untuk mencari pemecahannya, untuk itu dia mengevaluasi alternatif pemecahan
yang dimiliki. Dalam hal ini kemampuan perseptual, kapasitas informasi yang
diterima, keberanian mengambil resiko, dan, tingkat aspirasinya terhadap suatu
alternatif keputusan memeiliki peran yang sangat besar (Reitman, 1976) dalam
usahanya mengambil keputusan untuk menjadi wirausaha.
c.
Goal Directed
Behavior
Keputusan menjadi wirausaha
diambil dengan tujuan memecahkan masalah kekurangan yang dia miliki. Di sini
masalah kekurangan diidentifikasi dengan adanya harapan sebagai pemecahan.
Harapan-harapan tersebut berupa insentif yang akan dia dapat jika melakukan
tindakan tertentu. Insentif ini menjadi rangsangan atau tujuan sehingga
mendorong tindakan dan perilakunya sebagai seorang wirausaha (Wolman, 1973).
d.
Pencapaian
Tujuan
Seperti dijelaskan sebelumnya,
tujuan sangat penting untuk pengambilan keputusan menjadi wirausaha. Tujuan ini
berupa insentif yang diyakini akan dinikmati jika seseorang melaukan kegiatan
tertentu.
§ Faktor-faktor
pemicu kewirausahaan
David C. McClelland (1961 : 207) mengemukakan bahwa kewirausahaan
ditentukan oleh motif berprestasi, optimisme, sikap nilai dan status
keswirausahaan. Perilaku kewirausahaan dipengaruhi oleh faktor internal dan
eksternal. Faktor-faktor internal meliputi hak kepemilikan (property right), kemampuan/kompetensi (ability/competency) dan insentif,
sedangkan faktor eksternal meliputi lingkungan (environment).
source: 1. http://id.wikipedia.org/wiki/Kewirausahaan
2. http://lifeskill.staff.ub.ac.id/2013/10/01/pengertian-dan-definisi-wirausaha-menurut-para-ahli-2/
3. http://www.scribd.com/doc/91843816/Ruang-Lingkup-Dan-Proses-Terbentuknya-Kewirausahaan
Nur Amalia Utami 15612443/2SA03
Tidak ada komentar:
Posting Komentar